Lebih dari 10 ribu perusahaan di Jepang mengajukan bangkrut sepanjang tahun 2024, menurut data dari Tokyo Shoko Research (TSR). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2013. Pada bulan November saja, sudah ada 841 perusahaan yang bangkrut. Total perusahaan yang mengalami kebangkrutan sejak Januari hingga November 2024 mencapai 9.164 perusahaan. Data dari lembaga riset kredit menunjukkan bahwa angka ini sudah melebihi jumlah perusahaan yang bangkrut tahun lalu.
Proyeksi kebangkrutan di Jepang untuk tahun 2024 diperkirakan akan melampaui 10 ribu perusahaan untuk pertama kalinya sejak 2013, saat sebanyak 10.855 perusahaan mengajukan bangkrut. Bank Sentral Jepang (BOJ) akan melakukan tinjauan suku bunga pada bulan Desember, di mana para pembuat kebijakan akan mengevaluasi indikator ekonomi terkini untuk melihat apakah sudah sesuai dengan perkiraan. Ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga BOJ selanjutnya telah berfluktuasi antara bulan Desember dan Januari 2025.
Situasi kebangkrutan yang meningkat ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah Jepang dan pelaku ekonomi. Dampak dari kebangkrutan perusahaan bisa mempengaruhi stabilitas ekonomi negara dan juga berdampak pada lapangan kerja. Oleh karena itu, langkah-langkah perlindungan dan pemulihan ekonomi perlu segera diambil untuk mencegah semakin banyaknya perusahaan yang bangkrut.
Meskipun situasi ekonomi Jepang sedang mengalami tantangan, namun masih ada harapan untuk pemulihan. Pemerintah dan pelaku ekonomi dapat bekerja sama untuk mencari solusi yang tepat guna mengatasi masalah kebangkrutan ini. Selain itu, Bank of Japan juga memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi negara melalui kebijakan moneter yang tepat.
Dengan kerjasama dan tindakan yang tepat, diharapkan situasi kebangkrutan perusahaan di Jepang dapat dikelola dengan baik dan ekonomi negara dapat pulih kembali. Semoga dengan langkah-langkah yang diambil, jumlah perusahaan yang bangkrut dapat dikurangi dan stabilitas ekonomi negara dapat terjaga.