Pada 26-27 Mei mendatang, dunia akan menyaksikan momen penting dalam diplomasi Asia Timur saat Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang bersama rekan-rekannya dari Jepang dan Korea Selatan menghadiri pertemuan puncak trilateral di Seoul. Pertemuan ini diumumkan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, dalam konferensi pers di Beijing pada Kamis (23/5).
Meskipun detail tentang pertemuan bilateral tidak dijelaskan, Wang Wenbin menegaskan pentingnya komunikasi yang terjaga dengan pihak-pihak terkait. Ketiga negara tersebut, sebagai tetangga dan ekonomi besar di Asia dan dunia, telah menjalani 25 tahun kerja sama trilateral yang berkembang pesat.
Sejak pertemuan terakhir pemimpin ketiga negara pada tahun 2019, berbagai faktor seperti pandemi COVID-19 dan perselisihan sejarah antara Korea Selatan dan Jepang telah menghambat pertemuan mereka. Namun, dengan situasi yang terus berubah di kawasan, diharapkan pertemuan puncak ini akan memberikan dorongan baru untuk kerja sama trilateral.
Wang Wenbin juga menyoroti kesiapan Tiongkok untuk bekerja sama dengan Jepang dan Korea Selatan dalam menerapkan “Visi Kerja Sama Trilateral untuk Dekade Berikutnya”. Fokus akan diberikan pada kerja sama ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Pertemuan ini juga menjadi momen penting mengingat gejolak di kawasan Asia Timur, termasuk ancaman dari Korea Utara yang memiliki senjata nuklir, serta pertikaian sejarah antara Korea Selatan dan Jepang.
China, sebagai mitra dagang terbesar Korea Selatan, tetap menjadi mitra ekonomi dan sekutu diplomatik paling penting bagi Korea Utara. Pertemuan puncak trilateral ini juga akan menjadi kunjungan perdana PM Li ke Korea Selatan sejak menjabat sebagai perdana menteri China pada Maret 2023. Dengan demikian, pertemuan puncak trilateral ini memberikan kesempatan bagi ketiga negara untuk mengokohkan kerja sama regional dan global, serta mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Asia Timur.
Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi global, kerja sama antara Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan menjadi krusial bagi stabilitas dan kemajuan di kawasan tersebut. Kunjungi situs kami untuk liputan lebih lanjut tentang pertemuan puncak ini dan dampaknya terhadap dinamika politik dan ekonomi regional.