Dinkes Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, melaporkan bahwa kasus gondongan mengalami lonjakan signifikan, dengan angka kasus meningkat tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Kepala Dinkes Gunungkidul, Ismono, jumlah kasus gondongan pada tahun ini mencapai 1.050 kasus, naik dari 155 kasus yang terjadi tahun sebelumnya. Mayoritas kasus gondongan ini terjadi pada anak-anak, khususnya siswa sekolah dasar.
Ismono menyatakan bahwa kasus gondongan pada anak-anak mengalami peningkatan drastis. Virus paramyxovirus menjadi penyebab utama penyakit ini, yang dapat menular melalui droplet pernapasan baik melalui udara maupun kontak langsung. “Virus ini mudah menular pada anak-anak dengan daya tahan tubuh yang rendah,” ujarnya.
Ismono juga menjelaskan bahwa saat ini belum ada obat khusus untuk gondongan. Penderita disarankan untuk istirahat dan mengonsumsi makanan bergizi agar penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya. Beberapa langkah pencegahan juga perlu diperhatikan, seperti tidak menggunakan alat makan yang sama dengan pasien gondongan, hindari penggunaan alat mandi bersama, serta anak-anak yang terkena gondongan perlu istirahat selama sekitar sepuluh hari.
Meskipun ada imunisasi untuk gondongan, Ismono menyatakan bahwa saat ini belum ada program imunisasi yang dijadwalkan. Seorang wali murid, Aditya, menceritakan pengalaman anaknya yang terpaksa absen sekolah selama seminggu karena gondongan. “Anak saya tidak masuk sekolah selama seminggu dan harus pergi ke dokter. Untungnya, sembuh dengan sendirinya,” kata Aditya.
Dengan adanya peningkatan kasus gondongan, Dinkes Gunungkidul mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan menjaga kesehatan anak-anak agar terhindar dari penyakit ini. Semoga dengan kesadaran dan tindakan pencegahan yang tepat, kasus gondongan di Kabupaten Gunungkidul dapat dikendalikan dan dicegah penyebarannya.