China dilaporkan mengalami lonjakan penularan infeksi saluran pernapasan yang membuat banyak orang harus mendatangi rumah sakit. Influenza, rhinovirus, human metapneumovirus, dan pneumonia mikoplasma menjadi jenis infeksi yang paling umum terjadi. Untuk mengatasi hal ini, otoritas pengendalian penyakit China sedang menguji coba sistem pemantauan untuk pneumonia yang belum diketahui asalnya, karena kasus penyakit pernapasan diperkirakan akan meningkat selama musim dingin.
Data terbaru menunjukkan bahwa kasus penyakit infeksi saluran pernapasan akut di China mengalami peningkatan pada pertengahan Desember 2024. Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional China telah menetapkan prosedur bagi laboratorium untuk melaporkan kasus penyakit infeksi pernapasan, serta bagi badan pengendalian dan pencegahan penyakit untuk menangani kasus tersebut.
Upaya ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit pernapasan yang tidak terkendali, seperti yang terjadi pada masa penyebaran Covid-19 empat tahun lalu. Kan Biao, Kepala Institut Nasional Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular CDC China, menyatakan bahwa infeksi flu influenza, rhinovirus, human metapneumovirus, dan pneumonia mikoplasma kini menjadi yang paling umum di antara kunjungan rumah sakit.
Meskipun penyebaran patogen pernapasan musim dingin di China tidak terlalu intens seperti musim sebelumnya, berbagai penyakit menular diperkirakan akan tetap beredar hingga musim semi mendatang. Kasus-kasus baru yang terdeteksi mencakup patogen seperti rhinovirus dan human metapneumovirus, terutama di provinsi-provinsi utara China.
Tingkat positif infeksi flu diperkirakan akan terus meningkat, sementara tingkat infeksi rhinovirus dan pneumonia mikoplasma cenderung menurun. Namun, tingkat positif virus sintaksis pernapasan di antara anak-anak berusia lima tahun ke bawah dan human metapneumovirus di antara anak-anak berusia 14 tahun ke bawah mengalami peningkatan.
Kan menambahkan bahwa penyebaran Covid-19 dan penyakit pernapasan lainnya saat ini berada pada tingkat rendah. Namun, penularan norovirus, yang menyebabkan infeksi perut dengan gejala muntah dan diare, sedang meningkat sejak September lalu dan diperkirakan akan tetap tinggi selama dua bulan ke depan.
Tjandra Yoga Aditama, ahli kesehatan masyarakat dari Universitas YARSI di Jakarta, menekankan pentingnya surveilans dan deteksi dini dalam pengendalian penyakit menular. Dia menyambut baik langkah otoritas pengendalian penyakit China dalam menguji coba sistem pemantauan khusus untuk pneumonia yang belum diketahui penyebabnya, dan menyarankan agar hal serupa juga dipertimbangkan di Indonesia.
Indonesia perlu belajar dari pengalaman China dalam meningkatkan upaya penanggulangan penyakit menular, baik melalui pemahaman masyarakat, vaksinasi, surveilans, deteksi dini, hingga penanganan kasus dan kontaknya. Promosi preventif juga harus ditingkatkan, bukan hanya fokus pada penanganan kasus yang sudah sakit.
Dengan langkah-langkah yang tepat dan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan penyebaran penyakit menular dapat dikendalikan dan dicegah dengan lebih efektif. Semoga Indonesia dapat mengambil pelajaran berharga dari China dalam menghadapi tantangan kesehatan masyarakat ini.